Saya masih terus belajar, dan apa yang Tuhan ajarkan pada saya setiap hari tentang kasih terus mengubah hidup saya. Saya sampai ke suatu titik di mana saya bisa dengan jujur berkata, "Tuhan, ambillah semua hal dalam hidup saya yang menahan saya untuk berjalan dalam kasih dan menemukan keutuhan yang sejati dalam hidup saya." Dengan kata lain, "Tuhan, bawalah saya dalam suatu kondisi di mana saya dapat berjalan dalam kasih sepenuhnya!"
Salah satu sisi terpenting yang saya pelajari tentang kasih adalah ketidakegoisan, yang didefinisikan dalam Alkitab sebagai kesediaan untuk mengorbankan keinginan seseorang untuk kepentingan orang lain. Saya belajar bahwa kasih yang sejati akan selalu beradaptasi terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain. Adalah tidak mungkin bagi orang-orang yang telah mengalami kasih untuk menjadi egois. Than telah mengajar mereka bagaimana untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Kebalikannya, mereka yang egois mempunyai hati yang keras. Sangat sulit bagi mereka untuk mempelajari apapun, terutama jika itu melibatkan pengorbanan diri sendiri. Mereka mengharapkan semua orang lain untuk menyesuaikan diri dengan mereka dan kebutuhan mereka. Mereka tidak tahu bagaimana menyesuaikan diri dengan orang lain tanpa menjadi marah atau gusar.
Belajar untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain juga sanagt sulit bagi saya. Sejujurnya, saya ingin semuanya berjalan sesuai dengan keinginan saya, dan saya menjadi marah jika saya tidak mendapatkannya. Saya egois. Saya ingin mendapatkan apa yang saya mau, pada saat yang saya mau. Saya tidak tahan jika saya harus menunggu orang lain, membengkokkan keinginan-keinginan saya untuk menyesuaikan diri dengan jadwal orang lain. Tapi Tuhan mulai melembutkan hati saya, dan lambat laun saya belajar untuk melihat kebutuhan dari orang lain. Lalu Tuhan memberi saya belas kasihan, keinginan dari dalam hati untuk memenuhi kebutuhan orang lain terlebih dahulu sebelum kebutuhan saya.
Pelan-pelan, saya menjadi berkomitmen untuk berjalan dalam kasih. Saya belajar untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan saya sendiri untuk membantu memenuhi kebutuhan orang lain. Saya belajar untuk mengungkapkan kasih dengan cara yang berbeda-beda untuk setiap orang yang berbeda-beda. Tidak semua orang membutuhkan hal yang sama dari kita. Salah satu anak kita misalnya, mungkin lebih membutuhkan waktu pribadi kita lebih dari orang lain. Salah satu teman kita mungkin lebih membutuhkan dorongan semangat lebih sering daripada teman kita yang lain. Contohnya, seluruh anggota keluarga saya membutuhkan saya, karyawan saya membutuhkan saya, teman-teman saya membutuhkan saya... mereka semua membutuhkan saya dalam berbagai cara yang berbeda. Apakah saya pernah merasa terlalu dibutuhkan? Tentu saja! Kita semua merasakannya dari waktu ke waktu. Namun saya mengingatkan diri saya sendiri bahwa Tuhan memberi saya kasih karunia untuk apapun yang Dia letakkan ke dalam hidup saya, dan saya beruntung karena dikasihi dan dibutuhkan oleh banyak orang.
Jika saya menjadi lelah karena selalu mencoba memenuhi kebutuhan orang lain, saya mengingatkan diri saya sendiri bahwa selama bertahun-tahun saya hidup dalam sikap egois dan saya tidak bahagia dengan keadaan itu. Sekarang saya punya kesempatan untuk menebus waktu-waktu yang hilang itu. Saat saya berpikir seperti ini, saya tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan sikap saya kembali. Lagipula, tidaklah cukup hanya mengatakan "aku mengasihimu", kita perlu bertindak melebihi perkataan dan melakukan sesuatu yang nyata untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Suami saya, Dave, suka bermain golf, jadi saya mencoba menyesuaikan agar jadwal kami emberikan kesempatan bagi dia untuk bermain golf. Tapi ada waktu-waktu tertentu di mana saya menjadi kesal karena dia bermain golf. Saya sedih karen saya belum belajar untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhannya. Saya menginginkan dialah yang melakukan semua penyesuaian yang diperlukan. Saya dulu tidak pernah mengetahui hal-hal yang ternyata Dave lakukan untuk menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan-kebutuhan saya. Saya tidak pernah memperhatikan apa yang telah dia lakukan, tapi hanya melihat yang dia tidak lakukan, dan itulah yang merusak hubungan kami. Saya lega karena sekarang saya sudah dan akan terus belajar untuk beradaptasi. Itu sulit saya lakukan untuk sementara, tapi itu menyelamatkan pernikahan kami.
Sekali Anda terbiasa untuk mengasihi, Anda tidak akan mengalami kesulitan berarti untuk mempertahankan dan mengembangkan hubungan-hubungan yang baik dan sehat dengan orang lain. Anda akan berusaha mendahulukan kebutuhan orang lain terlebih dahulu. Anda akan belajar bahwa kasih yang sejati adalah tentang pengorbanan, dan sikap egois hanyalah bagian dari masa lalu.
Sumber : joyce meyer